Assalamu’alaykum dan selamat sehat wal’afiyat semuanya..! Berlama-lama kuliah di Jogja terkadang mengingatkan kenangan akan rumah dan keluarga. Pulang, liburan dan terepas dari semua penat perkuliahan dengan bersantai ria memang menyenangkan, makan dan minum gratis, bebas tugas, jalan-jalan, dan sebagainya.
Gambar : Beberapa Sudut Kota Bekasi saat ini. |
Rumahku terletak di Jati Melati, tepatnya di Kota Bekasi. Kota yang
penuh dengan gedung-gedung, perumahan, dan tentu saja, Mall. Bayangpun coba, di
satu titik kota bekasi ada yang bahkan terdapat tiga Mall besar. Ckck. Maklum,
Bekasi kini sudah menjadi Metropolis yang besar untuk tidak dibandingkan dengan
metropolis yang berada di Barat sana. Namun, beberapa abad silam, bekasi
hanyalah berupa tanah permukaan bumi yang dikuasai oleh sebuah Kerajaan Hindu,
bertanggung jawab atas berkembangnya dan juga munculnya Nama Kota “Bekasi”
Sebuah Kerajaan Hindu membentang luas nan kokoh di Tanah
Pasundan Pulau Jawa 16 abad silam. Usianya yang sangat tua itu hamper setara
dengan Kerajaan Hindu pertama di Indonesia, Kutai, yang terletak di Kalimantan.
Rajanya (Kerajaan Hindu Tanah Pasundan) bernama Purnawarman, mirip dengan nama
raja-raja Kutai mulawarman dan aswawarman. Dan penggalan nama “warman”
menjelaskan bahwa Purnawarman secara nama telah mendapat pengaruh dari India,
memimpin sebuah Kerajaan Hindu di Pasundan yang bernama Kerajaan Tarumanegara.
Salah satu peninggalan Kerajaan Hindu Tarumanegara adalah
ditemukannya beberapa prasasti seperti prasasti yang ditemukan di sungai
Ciaruteun yang tertulis nama dewa Wisnu yang membuktikan bahwa Tarumanegara
merupakan Kerajaan Hindu. Dan sebuah prasasti tugu yang ditemukan di Tanjung
Priuk menjelaskan sebuah nama tempat yang kelak namanya akan berubah menjadi
Bekasi.
Isi prasasti tugu “Dahulu sungai yang bernama Chandra Bhaga
telah digali oleh maharaja yang mulia (Purnawarman) buat mengalirkannya ke laut
setelah sungai ini sampai di istana yang termashur”
Poerbatjaraka, seorang ahli bidang filologi menjelaskan,
nama sungai tadi, Chandra Bhaga, sungai yang membentang panjang dari Jakarta
melewati daerah Bekasi saat ini. Chandara berarti Bulan dan Bhaga yang berarti
Bagian. Dalam bahasa Kunanya, Chandra bersinonim dengan Sasin sama-sama berarti
bulan. Dan dalam perkembangan bahasa Jawa saat ini, Sasin berubah menjadi Sasi,
sehingga bila kembali diterjemahkan kembali ke dalam nama Chandra Bhaga akan
menjadi Sasi Bhaga atau Bhaga Sasi. Digabungkan menjadi Bhagasi, dan sekarang
namanya berubah menjadi Bekasi. Terbukti, hingga saat ini ternyata Bekasi
hingga Karawang merupakan tempat penelitian dan ekskavasi (penggalian)
departemen arkeologi Universitas Indonesia untuk menjelaskan tentang Kerajaan
Hindu Tarumanegara.
-Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno, Arkeologi UGM, [Mar]-
No comments:
Post a Comment