Kalau memang yang bisa engkau pahami hanyalah
kemauan, kepentingan dan napsumu sendiri, dan bukan kerendahan hati untuk
merundingkan titik temu kebersamaan — maka siapkan kekebalan dari
benturan-benturan dan luka, untuk kemudian orang lain menggali tanah untuk
menguburmu.
Kalau memang engkau bermaksud menyulap sejarah dan
mengubah zaman dalam sekedipan mata, dan bukan bersabar menggembalakan irama
dan proses — maka nantikan darah akan muncrat membasahi tanah airmu, kemudian
engkau sendiri akan terjerembab, terjatuh di terjalan-terjalan
ketidakberdayaan.
Kalau memang sesembahanmu adalah kenikmatan di dalam
membenci, adalah mabuk di dalam teriakan caci maki, atau keasyikan dalam
kecurangan-kecurangan — maka ambil pedangmu, angkat tinggi-tinggi, dan mulailah
menabung kerelaan untuk engkau sendiri, mati.
Kalau engkau menyangka bahwa benarnya pendapatmu
sendiri itulah kebenaran, maka apa boleh buat, aku mendaftarkan diri untuk
melawanmu. Dan kalau engkau mengira, bahwa benarnya orang banyak adalah
segala-galanya, di mana langit mimpi-mimpi bisa engkau raih dengan itu — maka
jangan sekali-kali menghalangiku untuk mengedari langit, dan kupetik kebenaran
yang sejati untuk aku taburkan ke bumi tanpa bisa kau halangi.
Kalau memang bagimu kehidupan adalah perjuangan
untuk berkuasa dan mengalahkan saudara-saudaramu sendiri; kalau engkau mengira
kehidupan adalah mengincar dari belakang untuk menikam dari belakang; atau
untuk mengganti monopoli dengan monopoli baru, menggusur hegemoni dengan
hegemoni baru serta mengusir macan untuk engkau macani sendiri — maka, apakah
itu usulanmu, agar kita mempercepat keputusan untuk saling memusnahkan?
-Emha Ainun
Nadjib-
Kutipan ini diambil dari buku Musyawarah Besar Badan Penerbitan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung UGM, dikutip oleh PU (Pemimpin/Pembantu Umum)
Lama nggak muncul bung; sekalinya muncul postnya berat nian :o
ReplyDeleteSumimase... emang posting yg nggak berat yg cemmane?
DeleteYang topik dan gaya bahasanya sederhana?
Delete